
2025-07-11
Sampah rumah tangga, terutama sisa makanan dan limbah dapur menjadi permasalahan yang sering dianggap remeh oleh masyarakat setempat. Padahal, jika dibiarkan menumpuk, dampaknya bisa memicu bau, banjir, bahkan penyakit. Minimnya kesadaran pengelolaan limbah dapur dan keterbatasan fasilitas pengolahan membuat volume sampah terus bertambah, bahkan berdampak pada lingkungan. Merespons hal tersebut, Refidiah Zalianty Saputri, seorang mahasiswa dari Program Studi Geografi Lingkungan Universitas Gadjah Mada angkatan 2022 yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Palongaan, Kecamatan Tobadak, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat memperkenalkan program praktik pembuatan lubang biopori kepada masyarakat yang melibatkan ibu-ibu PKK.
Kegiatan sosialisasi dan praktik pembuatan lubang biopori ini dilaksanakan dengan tujuan memperkenalkan metode biopori sebagai solusi sederhana mengelola sampah organik secara mandiri dalam mengurangi genangan air. Lubang biopori adalah metode sederhana namun sangat efektif untuk mengatasi permasalahan sampah organik dan genangan air berupa lubang silinder vertikal ke dalam tanah dengan diameter sekitar 10–30 cm dan kedalaman hingga 100 cm. Kegiatan sosialisasi dan praktik biopori kepada ibu-ibu PKK ini dilaksanakan pada Jumat, 11 Juli 2025.
Kegiatan ini diawali dengan pemaparan materi interaktif mengenai pentingnya pengelolaan sampah organik, manfaat lubang biopori, jenis sampah yang bisa dimasukkan ke dalam biopori, tips tentang lokasi ideal untuk lubang biopori, dan cara perawatannya. Pada kegiatan sosialisasi ini para ibu-ibu PKK juga diberikan pemahaman mengenai bagaimana lubang biopori dapat dimanfaatkan sebagai komposter alami yang dapat menunjang ketahanan pangan keluarga melalui pemanfaatan pupuk organik.
Ibu-ibu PKK Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan lubang biopori yang dilakukan oleh Refi dengan dibantu beberapa teman KKN di area pekarangan balai desa. Pada demonstrasi ini dijelaskan mengenai alat-alat apa saja yang dibutuhkan, fungsi alat tersebut, serta langkah-langkah pembuatan lubang biopori. Para peserta menunjukkan antusiasme yang tinggi, dilihat dari beberapa pertanyaan interaktif yang mereka ajukan. “Proses untuk menjadi pupuk berapa lama dan perawatan seperti apa yang harus dilakukan?” tanya Ibu Maimunah, anggota PKK yang turut hadir dalam sosialisasi. Pertanyaan tersebut memantik diskusi lebih lanjut dan mendalam terkait proses kerja lubang biopori dalam fungsinya sebagai solusi pengolahan sampah organik.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program kerja KKN yang bertujuan mendorong masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan dengan pendekatan yang sederhana dan berkelanjutan. Melalui edukasi yang inklusif dan praktik yang aplikatif, mahasiswa KKN berharap lubang biopori bisa menjadi solusi kecil yang membawa dampak besar—baik untuk pengurangan sampah, peningkatan kualitas tanah, maupun pelestarian lingkungan di tingkat desa.

